Istriku sayang,
Hari ini, tanggal 10 Juli 2010.
Sebuah perayaan tahunan yang harus selalu di ingat . Sungguh, ini sebuah "hari spesial" paling istimewa sepanjang hidup kita
Betapa cepat waktu berlalu. Kita telah melalui masa-masa suka dan duka bersama sebagai pasangan suami istri, yang saling melengkapi, saling menggenapi. Kita tersenyum bersama mengingat masa-masa awal kita bertemu pertama kali dulu dan hampir 9 bulan kau terima cintaku yang akhirnya kita menikah serta perjalanan kehidupan pernikahan kita yang penuh dinamika. Indah, lucu, getir dan juga mengesankan.
Kamu tertawa pelan ketika aku menceritakan kembali bagaimana aku jatuh cinta secara spontan dan perlahan, kau simpan catatan kecilku yang mengisi hari-hariku yang bahagia bersamamu, Allah SWT memudahkan segala urusan kita dan sungguh perjuangan dari bawah dan akhirnya kita mampu dan cukup sukses. tentu tak lupa aksi-aksi lucu menggemaskan ketiga buah cinta kita, Alifah, Alif dan Aqila.
Ketika kita menyadari untuk memilih sebagai pasangan hidup dan belahan jiwa, maka disaat yang sama, cinta itu harus senantiasa ikut bersama setiap jejak langkah kaki, sambil menautkan jemari, lalu berjalan bergandengan. Bersama. Aku menjadi bagian dari dirimu, begitupun sebaliknya, Dirimu menjadi bagian tak terpisahkan dari diriku. Ikatan perasaan mutual yang ada dari hubungan kita tumbuh mekar bersama pengalaman menjalani hidup bersamamu.
Cinta mesti berada pada tataran esensi, bukan sekedar eksistensi, yang dipelihara dan dinikmati setiap detik proses melaluinya. Bahwa dalam perjalanan cinta kerap kali terjadi letupan-letupan yang mengejutkan, kita senantiasa berusaha untuk mampu melerai dan menanggulanginya. Karena kita menempatkan cinta itu tidak sebatas kenangan dan pikiran. Ia adalah bagian dari interaksi antara kita untuk menjaga harmoni. Membuat "bara" nya tetap menyala hangat dalam jagad hati kita masing-masing.
Ya, memang demikianlah, cinta adalah mengalami. Merasakan. Mendalami. Meresapi.
Aku teringat 11 tahun yang lalu..ketika kita memutuskan untuk mandiri dari rumah orangtua..dan kontrak rumah panggung dengan biaya Rp. 25.000/Bulan kita pun berjuang hidup dari menjual gorengan sampai membuat tas dengan tangan kita….
Ingat ketika tas itu terjual dan kubelikan martabak untukmu….engkau tertawa dan memeluku……
Saat saat menegangkan saat anak pertama kita lahir…sungguh ketika airmataku menangis karena biaya……
Kehidupan kita terus membaik…dan akhirnya Allah memberikan kepercayaan kita buah hati ke tiga anak-anak tercinta.
Istriku sayang,
Setelah 11 tahun berlalu, kita kembali menapak tilas perjalanan cinta kita. Berkaca pada cermin diri dan berjanji bersama untuk tetap berkomitmen memeliharanya secara intens dan berkelanjutan.
Aku bersyukur kepada Allah SWT menjalani kehdiupan pernikahan yang indah bersamamu dan juga ketiga anak kita.
Kesabaran mu dan ketulusan cinta menjadi benteng ku dalam menggapai hidup ini
Jalan panjang dan terjal terbentang dihadapan kita, istriku sayang. Tapi yakinlah, bersamaku, kita akan melewati semuanya dengan penuh keyakinan dan ketegaran. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan menjaga kita dari benturan-benturan yang mengganggu rumahtangga kita.
Terimakasih telah menjadi istri yang hebat untukku dan ibu yang luar biasa buat ketiga anak kita selama ini.
Selamat Ulang Tahun Perkawinan ke-11..
Suamimu
Yudi Hermawan
Alamat Rumah : Jl. Aria Wiratanudatar KM 05 Rt. 05/02 Desa Sindanglaka Kec. Karangtengah Kab. Cianjur Prov. Jawa Barat - Indonesia Contact Person : Hp. 0817756219 / 0263-5017758/281804
Jumat, 09 Juli 2010
Senin, 05 Juli 2010
KIAT MENGHADAPI PERSIAPAN PERNIKAHAN
Konflik menjelang pernikahan kerap terjadi menimpa calon pasangan. Selain berdebar-debar menantikan pesta pernikahan, pasangan yang akan menikah juga stress mempersiapkan segala sesuatu untuk pernikahan nanti. Semuanya ingin berjalan sempurna.
Berikut ini beberapa tips untuk mengatasi agar tidak terjadi konflik menjelang pernikahan, diantaranya adalah:
1. Impian pesta sempurna
Pesta pernikahan yang berjalan sempurna adalah impian semua calon pengantin. Namun kadang reaksi calon pengantin berlebihan, sehingga mereka merasa harus mengatur semua detail pesta agar berjalan sesuai rencana. Jika mencoba mewujudkannya dengan emosi dan kontroversial, Anda akan kehabisan tenaga dan bisa kehilangan hubungan baik dengan beberapa pihak. Ingat, tak ada yang sempurna di dunia ini.
2. Harus menyenangkan orang lain
Pernikahan bukan hanya momen istimewa Anda dan pasangan, tapi juga orang-orang disekitar Anda (keluarga besar). Biasanya banyak saran dari kerabat juga keluarga. Terimalah saran-saran yang masuk akal dari mereka, agar hubungan dengan keluarga dan kerabat tetap terjaga.
3. Diet
Untuk tampil sempurna di hari pernikahan, biasanya perempuan melakukan diet, berusaha mencapai berat badan ideal. Kadang menyuruh calon suaminya untuk melakukan diet juga. Boleh saja, tapi janganlah memaksa. Ajaklah berolah raga dengan teratur.
4. Dana
Buatlah anggaran untuk pesta pernikahan Anda, jangan sampai Anda meminjam ke orang lain atau malah ke bank untuk sebuah pesta, karena akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Pesta pernikahan bukan dinilai dari mewah tidaknya pesta. Pesta yang mewah bukan jaminan kelak hidup bahagia.
5. Berdoa
Yang paling penting adalah berdoa, memohon petunjuk kepada Allah, mantapkanlah hati dan pikiran Anda, berdoa semoga ini jalan terbaik dan mendapat ridho-Nya. Dan semoga pernikahannya langgeng.
Untuk saat sekarang ini telah banyak jasa pelayanan untuk membuat pesta pernikahan. Jadi calon pengantin tidak disibukkan dengan urusan yang rumit, semua serahkan pada jasa mereka. Atau mungkin malah ada calon pengantin yang tetap bekerja menjelang pesta pernikahannya karena semua sudah ada yang mengurus.
JANGAN LUPA PESAN UNDANGAN KE
ALIFAH PERCETAKAN HUBUNGI ALAMAT BLOG INI........
MURAH MERIAH LOCH..
Berikut ini beberapa tips untuk mengatasi agar tidak terjadi konflik menjelang pernikahan, diantaranya adalah:
1. Impian pesta sempurna
Pesta pernikahan yang berjalan sempurna adalah impian semua calon pengantin. Namun kadang reaksi calon pengantin berlebihan, sehingga mereka merasa harus mengatur semua detail pesta agar berjalan sesuai rencana. Jika mencoba mewujudkannya dengan emosi dan kontroversial, Anda akan kehabisan tenaga dan bisa kehilangan hubungan baik dengan beberapa pihak. Ingat, tak ada yang sempurna di dunia ini.
2. Harus menyenangkan orang lain
Pernikahan bukan hanya momen istimewa Anda dan pasangan, tapi juga orang-orang disekitar Anda (keluarga besar). Biasanya banyak saran dari kerabat juga keluarga. Terimalah saran-saran yang masuk akal dari mereka, agar hubungan dengan keluarga dan kerabat tetap terjaga.
3. Diet
Untuk tampil sempurna di hari pernikahan, biasanya perempuan melakukan diet, berusaha mencapai berat badan ideal. Kadang menyuruh calon suaminya untuk melakukan diet juga. Boleh saja, tapi janganlah memaksa. Ajaklah berolah raga dengan teratur.
4. Dana
Buatlah anggaran untuk pesta pernikahan Anda, jangan sampai Anda meminjam ke orang lain atau malah ke bank untuk sebuah pesta, karena akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Pesta pernikahan bukan dinilai dari mewah tidaknya pesta. Pesta yang mewah bukan jaminan kelak hidup bahagia.
5. Berdoa
Yang paling penting adalah berdoa, memohon petunjuk kepada Allah, mantapkanlah hati dan pikiran Anda, berdoa semoga ini jalan terbaik dan mendapat ridho-Nya. Dan semoga pernikahannya langgeng.
Untuk saat sekarang ini telah banyak jasa pelayanan untuk membuat pesta pernikahan. Jadi calon pengantin tidak disibukkan dengan urusan yang rumit, semua serahkan pada jasa mereka. Atau mungkin malah ada calon pengantin yang tetap bekerja menjelang pesta pernikahannya karena semua sudah ada yang mengurus.
JANGAN LUPA PESAN UNDANGAN KE
ALIFAH PERCETAKAN HUBUNGI ALAMAT BLOG INI........
MURAH MERIAH LOCH..
PERNIKAHAN SUKSES
PERNIKAHAN yang sukses membutuhkan upaya, bukan sekadar kata-kata. Upaya adalah kekuatan pendorong di belakang sebuah kemitraan yang besar dalam pernikahan.
Selain komunikasi, terdapat beberapa rahasia lain demi kesuksesan pernikahan, seperti diulas Momlogic.
Minat bersama dan masing-masing
Pasangan sukses saling berinvestasi dan membangun kehidupan bersama-sama. Pasangan terdiri dari dua individu, dan masing-masing ingin punya kehidupannya sendiri (alias kegiatan di luar diri Anda). Selain itu, Anda berdua harus meluangkan waktu bersama, tapi kegiatan tersebut tidak selalu harus sama.
Komunikasi dan aktif mendengarkan
Pria dan wanita yang tidak berkomunikasi, mengatur diri mereka untuk sebuah kegagalan besar. Menurut the Association of Divorce Reform, hampir 80 persen pasangan bercerai cenderung memakai alasan "perbedaan yang tak bisa dipertemukan" untuk bercerai. Lagi-lagi masalahnya adalah kurangnya komunikasi.
Pasangan harus mampu membicarakan berbagai hal. Menghabiskan waktu untuk membahas kesukaan dan ketidaksukaan tak hanya akan membawa Anda berdua lebih dekat, namun juga menjadi pribadi yang mencerahkan. Dengan itu, Anda mungkin menemukan bagian dari diri yang belum diketahui pasangan. Dan ketika datang waktu diskusi, pria harus mendengarkan lebih dari apa yang Anda bicarakan. Sebab sering kali ini bukan tentang memecahkan "masalah yang dihadapi", tapi tentang cara berkomunikasi Anda dengan pasangan.
Saling mendukung karier dan tidak bertengkar soal uang
Kebanyakan pasangan suami istri bertengkar tentang tiga isu utama, yakni seks, anak-anak, dan uang. Terlepas dari siapa pencari nafkah, pertengkaran soal uang selalu tak pernah habis. Jika Anda peduli tentang hubungan, solusi paling menguntungkan adalah mendengarkan lebih dari Anda berbicara.(okezone)
Tiga Langkah Menjadi Manusia Terbaik
kutipan : dakwatuna.com - Ada hadits pendek namun sarat makna dikutip Imam Suyuthi dalam bukunya Al-Jami’ush Shaghir. Bunyinya, “Khairun naasi anfa’uhum linnaas.” Terjemahan bebasnya: sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain.
Derajat hadits ini ini menurut Imam Suyuthi tergolong hadits hasan. Syeikh Nasiruddin Al-Bani dalam bukunya Shahihul Jami’ush Shagir sependapat dengan penilaian Suyuthi.
Adalah aksioma bahwa manusia itu makhluk sosial. Tak ada yang bisa membantah. Tidak ada satu orangpun yang bisa hidup sendiri. Semua saling berketergantungan. Saling membutuhkan.
Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim. Adil.
Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain.
Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan orang yang mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruk manusia orang yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan.
Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang seperti ini kita sebut orang yang terbaik di antara kita. Dermawan. Ikhlas. Tanpa pamrih. Tidak punya vested interes.
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw. menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan. Pertama, karena ia dicintai Allah swt. Rasulullah saw. pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?
Alasan kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika spektrumnya lebih luas lagi. Amal itu bisa menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya. Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu.
Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini.” (Thabrani). Subhanallah.
Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt. menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.
Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayit. Rasulullah saw. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt. Karena itu di surat At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baiknya amal agar Allah, Rasul, dan orang beriman menilai amal-amal kita. Di hari akhir, Rasul dan orang-orang beriman akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa kita seperti yang mereka saksikan di dunia.
Untuk bisa menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita. Pertama, tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa pamrih adalah amal yang hanya mengharap ridho kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt. saja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan bisa beramal ikhlas Lillahi Ta’ala.
Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw. itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun.
Kedua, untuk bisa memberi manfaat yang banyak kepada orang lain tanpa pamrih, kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. Lihat surat Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka butuhkan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah mapan secara financial, tidak terbetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri.
Yang ketiga, tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada kita. Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seoran sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan.
Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja menginfakkan uang yang mereka miliki. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.
Keempat, kita akan mudah memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dari tetangga kita.
Kelima, untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita bisa memberi minum orang yang harus. Jika punya ilmu, kita bisa mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita bisa membantu beban seorang nenek yang menjinjing tak besar. Luangkan waktu untuk bersosialisasi, dengan begitu kita bisa hadir untuk orang-orang di sekitar kita.
Mudah-muhan yang sedikit ini bisa menginspirasi.
Derajat hadits ini ini menurut Imam Suyuthi tergolong hadits hasan. Syeikh Nasiruddin Al-Bani dalam bukunya Shahihul Jami’ush Shagir sependapat dengan penilaian Suyuthi.
Adalah aksioma bahwa manusia itu makhluk sosial. Tak ada yang bisa membantah. Tidak ada satu orangpun yang bisa hidup sendiri. Semua saling berketergantungan. Saling membutuhkan.
Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim. Adil.
Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain.
Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan orang yang mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruk manusia orang yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan.
Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang seperti ini kita sebut orang yang terbaik di antara kita. Dermawan. Ikhlas. Tanpa pamrih. Tidak punya vested interes.
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw. menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan. Pertama, karena ia dicintai Allah swt. Rasulullah saw. pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?
Alasan kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika spektrumnya lebih luas lagi. Amal itu bisa menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya. Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu.
Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini.” (Thabrani). Subhanallah.
Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt. menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.
Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayit. Rasulullah saw. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt. Karena itu di surat At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baiknya amal agar Allah, Rasul, dan orang beriman menilai amal-amal kita. Di hari akhir, Rasul dan orang-orang beriman akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa kita seperti yang mereka saksikan di dunia.
Untuk bisa menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita. Pertama, tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa pamrih adalah amal yang hanya mengharap ridho kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt. saja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan bisa beramal ikhlas Lillahi Ta’ala.
Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw. itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun.
Kedua, untuk bisa memberi manfaat yang banyak kepada orang lain tanpa pamrih, kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. Lihat surat Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka butuhkan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah mapan secara financial, tidak terbetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri.
Yang ketiga, tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada kita. Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seoran sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan.
Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja menginfakkan uang yang mereka miliki. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.
Keempat, kita akan mudah memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dari tetangga kita.
Kelima, untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita bisa memberi minum orang yang harus. Jika punya ilmu, kita bisa mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita bisa membantu beban seorang nenek yang menjinjing tak besar. Luangkan waktu untuk bersosialisasi, dengan begitu kita bisa hadir untuk orang-orang di sekitar kita.
Mudah-muhan yang sedikit ini bisa menginspirasi.
SOBAR DALAM MASALAH
Bismillaah....
setiap orang entah saya atau bahkan sahabat sekalian pasti pernah mendapatkan suatu masalah. baik masalah dengan sesama teman, masalah dengan keluarga, atau bahkan masalah rekan kerja.
ketika kita mendapatkan suatu masalah, pikiran kita menjadi ruwet, mudah marah, mudah tersinggung, ingin menangis (saya sendiri), dan terkadang kita berprasangka bahwa Allah tak sayang kepada kita. sebenarnya,kalau kita memahami bahwa tiap manusia hidup di dunia pun tak luput dari suatu masalah.
hal utama yang harus kita lakukan ketika masalah melanda kita adalah tetap ber-husnudzon kepada-Nya, bahwa ALLAH SWT sedang menguji kita, seberapa besar batas kesabaran kita dalam menerima masalah/ujian tersebut. kalau kita bersabar ketika mendapat masalah, dengan pikiran yang positif kita mencerna dan memecahkan masalah yang kita hadapi, InsyaAllah masalah/ujian tersebut akan terlewati dan terasa ringan.
sabar dan ikhlas adalah kunci utama dalam menghadapi masalah/ujian yang ditimpakan kepada kita. dengan sabar dan ikhlas pula semua ujian tersebut akan terasa ringan bila kita mampu menerapkannya.
Ya Robbul Izzati...berikanlah kami kekuatan dalam menerima ujian-ujian dari-Mu, semoga kami termasuk hamba-hambaMu yang ikhlas dalam menerima ujian dari-Mu...
Aminnnn
*semua hal yang menimpa kita adalah Tasbih yang menjadi pengingat-Nya*
setiap orang entah saya atau bahkan sahabat sekalian pasti pernah mendapatkan suatu masalah. baik masalah dengan sesama teman, masalah dengan keluarga, atau bahkan masalah rekan kerja.
ketika kita mendapatkan suatu masalah, pikiran kita menjadi ruwet, mudah marah, mudah tersinggung, ingin menangis (saya sendiri), dan terkadang kita berprasangka bahwa Allah tak sayang kepada kita. sebenarnya,kalau kita memahami bahwa tiap manusia hidup di dunia pun tak luput dari suatu masalah.
hal utama yang harus kita lakukan ketika masalah melanda kita adalah tetap ber-husnudzon kepada-Nya, bahwa ALLAH SWT sedang menguji kita, seberapa besar batas kesabaran kita dalam menerima masalah/ujian tersebut. kalau kita bersabar ketika mendapat masalah, dengan pikiran yang positif kita mencerna dan memecahkan masalah yang kita hadapi, InsyaAllah masalah/ujian tersebut akan terlewati dan terasa ringan.
sabar dan ikhlas adalah kunci utama dalam menghadapi masalah/ujian yang ditimpakan kepada kita. dengan sabar dan ikhlas pula semua ujian tersebut akan terasa ringan bila kita mampu menerapkannya.
Ya Robbul Izzati...berikanlah kami kekuatan dalam menerima ujian-ujian dari-Mu, semoga kami termasuk hamba-hambaMu yang ikhlas dalam menerima ujian dari-Mu...
Aminnnn
*semua hal yang menimpa kita adalah Tasbih yang menjadi pengingat-Nya*
Langganan:
Postingan (Atom)