Selasa, 15 Juni 2010

Menuju Perjalanan Abadi Bag. I

Wahai saudaraku...!

Engkau datang dari tiada, datang hanya singgah sementara, untuk mempersiapkan diri menuju perjalanan abadi. Tujuanmu bukan di sini, bukan untuk bermegah diri dan bersusah-susah memperkaya diri. Dunia ini bukan tempat tinggal yang sebenarnya, dunia ini hanya untuk mempersiapkan bekal. Bekal yang akan engkau bawa pulang ke asalmu. Mau atau tidak, engkau pasti akan dipaksa untuk meneruskan perjalananmu.

Engkau perhatikan pengungsi besar-besaran yang melanda bumi afrika. Engkau lihat itu, mereka yang menderita akibat perang.

Engkau juga boleh bertanya. Mengapa setiap orang yang baru kembali dari perjalanan, selalu ingin menceritakan suka duka perjalanan yang baru dialami. Atau jika ada orang yang akan melakukan suatu perjalanan, pasti dia akan bertanya kepada orang lain yang sudah melakukan perjalanan itu. Dia ingin mengetahui bagaimana kiranya suka duka perjalanan yang akan ditempuh itu, apa saja persiapan-persiapan yang harus dibawa agar tidak mengalami kesulitan dalam perjalanan. Atau setiap orang yang akan menempuh perjalanan panjang, apalagi jika perjalana itu akan di tempuh berbulan-bulan, sudah pasti dia akan mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya. Dia tidak ingin kehabisan bekal, dia tidak ingin menderita dalam perjalanan, dia tidak ingin kelaparan dan kehausan, dia tidak ingin terlunta-lunta di negeri orang.

Saudaraku...!
Mati adalah pintu yang paling tipis, yang membatasi dunia dan akheratmu. Sedikit saja engkau terpeleset, boleh jadi engkau tersungkur menabrak pintu itu. Setelah engkau mati barulah engkau menyadarinya.

Wahai saudaraku yang ingin selamat dalam perjalanan abadi di akherat. Siapkah dirimu untuk menghadapi perjalanan yang dahsyat itu. Janganlah engkau abaikan keselamatanmu yang sesungguhnya.

Saudaraku...!
Di dunia ini banyak sekali contoh perjalanan manusia yang dapat engkau ambil sebagai perbandingan menempuh perjalanan di akherat nanti. Perhatikanlah itu, mereka yang terlunta-lunta di tengah jalan kehidupan. Engkau amati itu, mereka yang kepayahan mencari kesenangsan. Engkau tanyakan kepada mereka yang pernah menderita, karena mengejar harta. Engkau tanyakan kepada mereka yang pernah sengsara. Bahkan engkau dapat belajar dari perjalanan hidupmu sendiri.

Amatilah terus wahai saudaraku, orang yang menderita kelaparan berbulan-bulan. Engkau perhatikan itu, mereka yang mengungsi ke negeri lain untuk menyelamatkan diri.